Menelusuri Sejarah Lubang Dapur Jepang di Bukittinggi

Saat Jepang menguasai Indonesia ternyata ada beberapa bentuk peninggalan yang memiliki nilai sejarah di berbagai wilayah. Salah satunya terdapat di Bukittinggi, Sumatera Barat, yang menjadi tempat ditemukannya Lubang Jepang. Bentuknya seperti sebuah goa, sebab dahulu dibangun untuk menjadi tempat berlindung dari serangan bom. Konstruksi bangunan lubang ini mampu memberikan perlindungan dari bom seberat 500 kilogram. Dibuktikan pula ketika terjadi gempa, bangunan di dalam lubang tidak bergeming hanya lapisan semen yang sedikit terkelupas. Sejarah Pembangunan Lubang Jepang Pembuatan lubang ini dimulai pada tahun 1944 oleh tentara Jepang yang pada waktu itu dipimpin oleh Letjen Moritake Tanabe. Pembangunan lubang sengaja mengambil tenaga kerja paksa yang berasal dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan juga Kalimantan. Sama sekali tidak mengambil masyarakat asli Sumatra untuk menjaga kerahasiaan lokasi lubang tersebut. Berdasarkan catatan sejarah semua pekerja yang membangun lubang tersebut setelah selesai dibuang ke berbagai wilayah untuk menyembunyikan lokasinya. Lubang besar yang pembangunannya memakan waktu sekitar tiga tahun tersebut memiliki kedalaman sekitar 49 meter. Maka ketika masuk ke dalamnya Kita akan menuruni ratusan anak tangga dan dibantu cahaya listrik hasil rekonstruksi di tahun 2000 – an. Panjang lubang mencapai enam kilometer dan menjadi lubang terpanjang di bawah tanah di kawasan Asia. Pembangunan yang dikerjakan secara paksa ini meninggalkan cerita kelam dan menjadikan lubang sedikit lembab dan pengap. Terlebih kedalamannya membuat cahaya matahari sukar untuk masuk sehingga semakin membuatnya pengap. Ruangan di Dalam Lubang Pembangunan lubang ini memang memiliki tujuan khusus sebagai tempat berlindung para tentara Jepang jika diperlukan. Fungsinya yang mengamankan para tentara membuatnya didesain secara fungsional dengan pembagian beberapa ruang. Ruangan yang ada memiliki fungsi berbeda, seperti ruang amunisi, pertemuan, penyergapan, pelarian, dan juga sebuah dapur. Namun dari sekian ruangan yang ada, bagi pengunjung tentu menyadari yang paling menyeramkan adalah ruangan dapur. Dalam sejarah ruangan dapur secara khusus tidak dibuat untuk mengolah kebutuhan konsumsi namun untuk memotong – motong tahanan yang sudah meninggal. Sehingga ruang dapur sendiri berada tepat di sebelah ruang tahanan para tawanan. Mayat yang sudah tidak bernyawa memang sengaja dipotong – potong untuk kemudahan pembuangan jasadnya. Sebab semua potongan tersebut akan dibuang di saluran sungai Ngarai Sianok yang berada tepat di bawah dapur tersebut. Konon, ruangan ini dipenuhi oleh penunggu yang diperkirakan merupakan korban penyiksaan oleh tentara Jepang. Dibukanya untuk Wisata Umum Keberadaan Lubang Jepang ini baru ditemukan kali pertama pada tahun 1950, yang baru diketahui kedalamannya 64 meter. Namun kemudian terus dikelola dan pada akhirnya semua bagian lubang ditemukan. Baru pada tahun 1984 setelah ada rekonstruksi sesuai kebutuhan untuk kenyamanan pengunjung dan pemasangan listrik dibuka untuk umum. Rekonstruksi yang dilakukan memang membuat lubang bersejarah kelam ini lebih nyaman dikunjungi. Namun dampaknya desain asli dari lubang tersebut berbeda dengan aslinya. Jauh sebelum dibuka untuk umum dan bagi wisatawan, masyarakat setempat menemukan banyak barang peninggalan. Sebut saja seperti cangkul, peralatan makan dari batok kelapa, dan sebagainya yang kemudian dimuseumkan. Bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Lubang Jepang di Bukittinggi ini sebaiknya memakai jasa pemandu wisata. Sehingga lebih tahu dan paham sejarah, tujuan konstruksi bangunan, dan sebagainya secara lebih mendetail. Pemanfaatan jasa pemandu dikenakan biaya Rp 60.000 saja untuk bisa menelusuri lubang bersejarah tersebut.

One thought on “Menelusuri Sejarah Lubang Dapur Jepang di Bukittinggi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.