Anda yang pernah mengunjungi danau Aco tentu setuju jika danau ini disebut sebagai surga yang tersmbunyi.Danau ini terletak di kampung Linggang Melapeh, Kutai Barat, Kalimantan Timur, atau lebih tepatnya berada di puncak kampung dan jauh dari pemukiman warga. Mengunjungi tempat tersebut maka para pengunjung harus menempuh perjalanan selama 30 menit dari gerbang kampung kea rah atas, dari sini jalanan akan berkelok-kelok dan disertai tikungan tajam. Setelah sampai di gerbang danau maka para pengunjung dapat menikmati pemandangan pohon nan hijau terhampar. Letak danau sedikit menjorok ke arah bawah, untuk itu para pengunjung harus menapaki tangga ke bawah yang cukup panjang , untuk sampau ke danau yang dimaksud. Ketika menapai tangga ke bawah para pengunjung akan disuguhi jajaran tanaman dengan daun yang berwarna merah, seolah-olah member batas pada tangga tersebut. Sampai di anak tangga paling bawah, Anda akan disuguhi pemandangan dana nan elok yang dikelilingi oleh hutan yang hijau dan lebat. Danau Ace memang tidak besar, hanya berdiameter 100 m, namun siapapun yang mengunjungi danau tersebut pasti akan merasa betah. Berdiam diri di bawah pohon yang rindang dan mendengarkan riak air yang berada di hadapan, pastinya membawa kesejukan dan ketenangan tersendiri. Tapi tahukah Anda bahwa danau ini menyimpan sebuah kisah pilu? Paran, seraong wakil ketua Kelompok Sadar Wisata di daerah Kalimantan Timur menuturkan tentang asal muasal danau Acu tersebut. Dahulu danau tersebut adalah sebuah pemukiman penduduk, yang hidup dengan rukun dan memiliki mata pencaharian berladang, dan memiliki rumah singgah di ladang tersebut. Di puncak kampung tersebut tinggal sepasang suami istri yang rukun. Pada suatu hari ketika sang suami pulang berladang, dia mendapati istrinya sedang melakukan ritual Belian Bawo atau tari penyembuh. Seketika itu juga sang suami marah, dan menghampiri istrinya yang sedang menari dengan membawa ekor lutung yang dikeringkan. Kemudian sang suami memukul tambur dengan ekor lutung sekeras-kerasnya. Menurut orang hal itu terlihat aneh, dan tidak terjadi apa-apa, itu sebabnya orang hanya tertawa melihatnya. Namun apa yang terjadi, seketika itu terjadilah bencana di puncak kampung Linggang Melapeh tersebut. Datang angin rebut dan hujan deras yang kemudian memporakporandakan kampung tersebut. Ketika kejadian tersebut, sang suami kemudian melarikan diri ke pondoknya yang ada di ladang dan kemudian menjadi batu. Sedangkan istrinya hilang lenyap tenggelam di danau, itu berasal dari mata air tersebut, hingga akhirnya terbentuk sebuah danau. Danau tersebut diambil dari nama istri yang tenggelam tersebut, Oso atau Aco. Danau ini dibuka pada tahun 2012 silam, pada awalnya danau ini bukan sebuah objek wisata, namun dengan semakin banyaknya pengunjung yang mengunjungi kawasan ini. Maka pemerintah dan desa setempat kemudian membaut kawasan tersebut menjadi kawasan wisata. Dengan tarif karcis sebesar Rp 1.000 per orang, para pengunjung dapat masuk ke tempat ini, ujar Paran. Pada hari biasa jumlah pengunjung rata-rata sekitar 30 orang, pada akhir pekan biasanya mengalami peningkatan dan ketika hari besar tiba, pengunjungnya bisa mencapai ratusan. Di tempat ini para pengunjung tidak hanya dapat menikmati pemandangan alamnya saja, akan tetapi para pengunjung juga dapat menikmati berbagai macam fasilitas air, seperti perahu bebek dan juga perahu karet. Biaya sewanya pun tidak terlalu mahal. Hanya sekitar Rp. 10.000 hingga Rp 20.000 per kapal. Danau Aco adalah salah satu kebanggaan dari kampung Linggang Melaweh, karena ini adalah satu-satunya kampung yang terdaftar mempunyai tempat wisata. Masih kata Paran, jika di Yogyakarta ada banyak sekali kampung wisata namun di Kutai Barat ini hanya ada 1 tempat wisata yang mempunyai SK tempat wisata.
- Home
- Kampung Linggang Melapeh dan Surga Tersembunyi