Dawet, Kuliner Khas Jawa yang Tak Pernah Sepi Pembeli

Siapa yang tidak tergoda jika disiang hari menenggak segelas es dawet yang sangat segar?Namun bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama Orang Jawa, minuman yang satu ini sangat terkenal dan telah menjadi minuman favorit untuk menghilangkan dahaga. Sebenarnya cukup mudah untuk menemukan beberapa penjual dawet ini di Indonesia, termasuk salah satunya adalah Kota Yogyakarta. Dari sekian banyak penjual dawet di Yogyakarta ada beberapa tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli, salah satunya adalah dawet Pak Bardi. Biasanya Pak Bardi menjajakan jualannya di pertigaan Sambiroto tepatnya di Desa Purwomartani Kecamatan Kalasan Kabupaten Bantul. Beliau menjajakan dawetnya dengan menggunakan pikulan khas penjual tradisional. Setiap harinya mulai dari jam 09.30 pagi, beliau sudah menjajakan dawet jualannya di bawah pohon beringin besar yang berada di tengah – tengah pertigaan jalan. Para pelanggan Pak Bardi selalu datang silih berganti untuk membeli segelas dawet tersebut dan di bawa pulang sambil menikmati suasana teduh di bawah pohon. Dawet Pak Bardi sama dengan dawet pada umumnya yaitu berisikan dawet, santan dan juruh atau biasa disebut dengan pemanis yang terbuat dari gula jawa yang telah dicairkan. Uniknya lagi, yang membuat dawet ini memiliki banyak penggemar adalah cita rasa yang dimilikinya. Tekstur dari dawetnya sendiri pun tidak lembek serta dipadu padankan dengan santan yang begitu gurih dan rasa manis yang sangat pas. Dijelaskan oleh pemiliknya jika dawetnya itu terbuat dari tepung aren dan tidak menggunakan pewarna dalam pembuatannya sehingga memiliki warna hanya putih dan cenderung pucat. Meskipun memiliki warna yang cenderung pucat namun dawet ini memiliki rasa yang cukup istimewa dengan tekstur yang sedikit kenyal. Untuk juruh atau pemanisnya pun terbuat dari gula jawa yang dicairkan. Tak hanya memberikan rasa manis pada dawet tersebut, namun juruhnya juga menambah citarasa gurih dalam setiap gelas dawet. Jika pembelinya ingin merasakan sensasi yang lebih maka pembeli dapat menambahkan tape ketan di setiap gelasnya. Sang pemiliki sudah menekuni usahanya dari tahun 1997. Sebelumnya beragam profesi sudah ia coba mulai dari kerja di bengkel hingga menjadi penjual roti namun setelah Indonesia mengalami krisis moneter ia mengungkapkan jika mencari pekerjaan semakin susah dan pada akhirnya ia berjualan es dawet. Keberaniannya berjualan es dawet karena didasari oleh keahlian sang istri dalam membuat dawet yang sudah turun temurun. Awalnya Pak Bardi berjualan hanya mampu 5 gelas dawet saja, namun seiring berjalannya waktu saat ini usaha sudah bisa menghabiskan hingga 10 kilogram tepung aren. Untuk harga segelas dawetnya pun cukup terjangkau yaitu sebesar Rp 3000 saja namun jika ingin menambahkan tape ketan di dalam dawet tersebut maka Anda dikenakan biaya tambahan yaitu Rp 500 saja perbungkusnya. Saat ini di dekat lokasi jualannya, ia juga saat ini membuka warung bakso dan mie ayam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.