Menjadi seorang traveler backpacker memang selalu memberikan pengalaman sekaligus tantangan tersendiri. Melihat dunia dan seisinya dengan budget terbatas memang terdengar menggiurkan, namun apakah memang se-menyenangkan itu menjadi backpacker? Jawabannya ternyata tidak juga, ada beberapa kondisi dimana singgah ke suatu tempat atau daerah. Memberikan rasa asing dan sulit menemukan tempat untuk bermalam karena tidak ada pintu rumah yang bersedia untuk dibuka.Tantangan lain adalah, menikmati perjalanan menuju lokasi tujuan dengan hanya mengandalkan kekuatan kaki. Sebab setelah menanti dan berusaha mencari tumpangan tak ada satu pun kendaraan lewat. Kadang lebih naasnya, tidak ada satupun kendaraan yang mau berhenti dan menerima tumpangan dari orang asing. Bepergian keliling dunia atau nusantara memang akan sangat menyenangkan jika mau menikmatinya. Kesulitan yang dihadapi adalah resiko yang sudah diketahui dan disadari oleh pelaku backpacker.Ada beberapa backpacker tanah ari yang berhasil mendatangi berbagai wisata impian yang kadang tidak memungkinkan untuk disambangi. Beberapa tempat memiliki kondisi akses yang kurang baik, lokasi yang kental nuansa mistis, dan lain sebagainya. Berhasil datang ke salah satu ikonik wisata terbaik di daerah yang dikunjungi menjadi salah satu prestasi seorang backpacker. Sebab kehadirannya di lokasi tersebut membuka kesempatan untuk bisa berbaur dengan masyarakatnya. Tidak perlu cemas akan minim listrik, hotel nyaman, makanan enak, dan lain sebagainya.Mayoritas backpacker tidak hanya bisa menikmati keindahan alam dan juga ragam kebudayaan lokal masyarakat yang ditemui. Namun juga memperdalam rasa kemanusiaan dan saling memiliki antara sesama manusia atau warga negara. Ada banyak pesan moral dan sosial yang bisa dihirup selama melakukan perjalanan, sehingga nyaris kecil kemungkinan untuk segera pulang. Indonesia yang merupakan negara kepulauan menyimpan banyak kejutan tempat menarik dan unik. Beberapa sudah sangat dikenal oleh masyarakat, baik lokal maupun internasional dan beberapa benar-benar asing.Bertemu Mumi Ratusan Tahun di Tanah WamenaSeorang backpacker cantik dan berhijab, yakni Dewi Patlia Novitasari yang oleh rekannya sering disapa sebagai Dev. Perempuan cantik berhijab ini menjadi salah satu backpacker yang menjelajahi bumi Wamena, di tanah Papua. Dewi berhasil bertemu dengan salah satu mumi berusia 370 tahun di Desa Jiwika dan merupakan ikon daerah Wamena. Wilayah timur Indonesia memang merupakan daerah yang lumayan kering dan curah hujan yang tidak terlalu berlimpah. Tantangan selama perjalanan terasa semakin berat dengan minimnya akses menuju ke lokasi tujuan.Dewi sendiri memberikan tips untuk mendapatkan rute perjalanan dan sarana transportasi terbaik menuju ke Jiwika. Bagi yang berkunjung dari Jayapura maka perlu mengambil transportasi udara untuk terbang menuju ke Wamena. Selain menawarkan perjalanan lebih singkat ternyata untuk sampai ke Wamena Kita tidak bisa memanfaatkan jenis transportasi lain kecuali udara. Tarif perjalanan rata-rata diantara Rp 600 ribuan untuk satu kali perjalanan. Perjalanan udara ini hanya menempuh waktu sekitar 30 menitan.Setiap mumi yang berumur ratusan tahun di Jiwika memiliki penjaga yang juga memberlakukan beberapa aturan bagi pengunjung. Salah satunya adalah pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuh mumi tersebut, sebab dikhawatirkan akan mudah rusak. Sebab meskipun sudah diawetkan kondisinya lumayan rapuh dan butuh perlakuan khusus dari ahlinya yang lebih paham. Kesempatan untuk berfoto dengan sang mumi terbuka lebar setelah membayar Rp 300 ribu kepada penjaga. Berbeda dengan mumi di negara lain, disini mumi diawetkan dengan memakai minyak babi bukan balsem. Kemudian diasap, sehingga semua mumi disini berwarna hitam legam.
- Home
- Pahami Dulu Petunjuk untuk Bisa Singgah ke Lokasi Mumi Ratusan Tahun di Jiwika, Papua