Pengorbanan Warga Taiwan untuk Pulang ke Bangka Demi Tradisi Ceng Beng

Menjelang Ceng Beng akan ada banyak warna negara Taiwan yang mengusahakan pulang ke kampung halaman di Belinyu sebagai bentuk penghormatan kepada orangtua. Salah satunya adalah Ny Su Wey yang saat ini merupakan warga negara Taiwan dan lahir di Belinyu, Pulau Bangka Indonesia. Sayangnya keluarga yang hendak memperingati hari Ceng Beng kesulitan untuk pulang kampung setiap tahun. Kendala utamanya adalah dari segi biaya yang bisa dikatakan sangat mahal dan hanya beberapa orang yang bisa menikmati Ceng Beng setiap tahun. Berkenalan dengan Tradisi Ceng Beng Seperti pengakuan dari Ny Su Mey yang mengungkapkan bahwa pulang ke kampung halaman selama Ceng Beng tidak bisa dilakukan keluarganya setiap tahun. Disebabkan karena keterbatasan biaya dan mudik ke kampung halaman bisa menelan biaya hingga puluhan juta. Keluarga Ny Su Wey sendiri baru bisa pulang kampung untuk Ceng Beng setelah tiga tahun. Selama waktu tersebut keluarga beliau mengusahakan hidup sehemat mungkin supaya memiliki cukup dana untuk pulang ke Belinyu. Tidak sedikit keluarga di Taiwan yang mencoba bertahan hidup dengan separuh dari total penghasilan bulanan. Sebab separuhnya lagi digunakan sebagai dana tabungan untuk pulang kampung supaya bisa menghormati keluarga di kampung halaman. Tahun ini merupakan tahun keberuntungan bagi Ny Su Mey yang merupakan warga di kawasan kota Tai Cung, Taiwan. Tahun ini beliau akan pulang kampung bersama suaminya Mr Hong, di tahun-tahun yang lalu beliau juga mengajak serta anak-anak. Kini anak-anak keluarga Ny Su Mey sudah besar sehingga tidak memungkinkan untuk diajak serta, hingga memutuskan datang berdua saja bersama suami. Ada kelegaan tersendiri bisa menjalankan tradisi Ceng Beng setelah menunggu dua tahun lebih. Semua orang tentunya ingin melanjutkan tradisi Ceng Beng ini bersama keluarga besar sehingga mengusahakan pulang kampung. Seperti keinginan besar umat muslim untuk bisa pulang kampung merayakan lebaran bersama keluarga besar. Tradisi Ceng Beng sendiri biasanya diisi dengan acara sembahyang bagi keluarga yang mendahului anggota keluarga lainnya. Kemudian juga bisa berkumpul bersama seluruh anggota keluarga yang selama sekian bulan terpisah karena berbagai hal, salah satunya karena pekerjaan di daerah atau kota lain hingga di luar negeri. Persiapan untuk bisa menikmati dan menjalankan tradisi Ceng Beng sendiri sudah dilakukan sejak awal tahun. Sebab biaya perjalanan seperti pembelian tiket pesawat dari Taiwan bisa mencapai 12 juta lebih, belum lagi ditambah biaya lain selama perjalanan dan berada di kampung halaman. Ny Su Mey berada di kampung halaman tepatnya di Belinyu, sejak tanggal 23 Maret lalu kemudian berencana pulang ke Taiwan pada 13 April mendatang. Sebenarnya ada ribuan warga keturunan Tionghoa yang setiap tahun mengusahakan pulang ke Pulau Bangka demi tradisi Ceng Beng. Kebanyakan berasal dari luar negeri seperti Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan bahkan beberapa juga berasal dari China. Kepulangan warga Tionghoa ini sudah mulai terjadi sejak tanggal 21 Maret, dan akan terus berdatangan hingga mendekati puncak Ceng Beng pada 4 April. Selain menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tradisi Ceng Beng sendiri ternyata manfaatnya dirasakan oleh sektor pariwisata di Indonesia. Sebab mayoritas warga Tinghoa yang pulang kampung juga menyempatkan diri untuk berlibur dan berbelanja. Pengaruh tradisi ini sangat besar hingga membuat harga tiket pesawat mencapai puncaknya pada hari Ceng Beng. Area pekuburan warga Tionghoa pun akan menjadi ramai sehingga rencananya ada pembagian bubur dan kopi secara gratis kepada peziarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.