Bir Kotjok, Minuman Khas yang Melegenda Dari Kota Bogor

Bir Kotjok merupakan salah satu minuman tradisional khas Bogor yang bisa kamu jumpai ketika berkunjung ke Kota Bogor. Meskipun minuman ini bernama bir namun minuman ini tak memabukkan justru sebaliknya yaitu memberikan khasiat bagi kesehatan. Menurut salah satu pewaris dari resep tradisional tersebut jika awal mula bir kotjok ini yaitu pada tahun 1948 bahwa kakeknya menemukan racikan minuman untuk acara – acara perayaan pernikaha maka sempat dikenal dengan nama bir penganten yang dimana tempat kelahirannya berada di kawasn pecinaan Bogor. Maka jika ada perayaan pernikahan etnis Tionghoa,minuman tersebut sangat laris. Pada tahun 1965 bir tersebut mulai terkenal dengan sebutan Bir Kotjok Bogor si Abah karena dulunya dijual keliling sama abah di sekitar kawasan Suryakencana hingga Pasar Bogor. Tak hanya laris saat perayaan warga Tionghoa saja namun hingga saat ini minuman tersebut digunakan untuk acara perpisahan, rapat pemerintah hingga acara – acara lainnya. Pada tahun 1980-an, usaha tersebut sempat dipegang sang bapak dan beroperasi di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor. Mulai tahun 2008 resep tradisional racikan keluarganya itu resmi diturunkan kepada anaknya. Resep andalannya ini terdiri dari jahe, kayu manis, cengkeh, gula pasir dan aren. Bahkan jahe yang digunakannya hanya jahe merah. Kegunaan jahe merah adalah sangat bagus bagi kesehatan tubuh terutama untuk sirkulasi darah dan jahe merah juga memiliki rasa yang lebih pedas dan hangat dibandingkan dengan jahe yang biasa. Bahan dasar inilah yang membuat lebih menyehatkan sekaligus “memabukkan” karena untuk meminumnya tak cukup satu kali. Tak butuh pengawet untuk meraciknya karena kandungan cengkih di dalamnya dapat berfungsi juga sebagai pengawet alami, walaupun hanya tahan dua hari saja. Sang penjual pun menunjukkan aksinya kepada para pembeli yang sedang membeli minumnnya. Bagaikan seperti bartender yang sedang menunjukkan aksinya, ia memainkan alat serupa gayung aluminium yang dalam lalu mengaduk atau mengocok sari – sari rempah sehingga keluar buih putih dari airnya. Setelah buih dirasa cukup, barulah Eman menuangkan ke gelas besar. Buih pun meluap keluar tampak seperti bir sungguhan yang dikocok oleh bartender, tapi yang ini bertuliskan alkohol nol persen dan akan membuat badan hangat. Ia mengatakan busa yang dihasilkan berasal dari cengkeh bertemu kayu manis yang dikocok bersama es batu. Sepintas terlihat serupa dengan bir pletok khas betawi. Namun, Eman menjelaskan perbedaannya ada di bahan rempah yang digunakan, juga tidak menggunakan secang dan kapulaga. Walaupun disajikan dengan es batu, khasiat minuman tersebut tetap terasa hangat di tenggorokan bagi siapa saja yang mencobanya. Terkadang ada juga pembeli yang tidak menggunakan es batu, rasa hangat yang dihasilkan sama namun tak bisa menimbulkan buih seperti bir. “Kalau hujan rame orang yang neduh terus minum, tapi kalau cuaca panas juga rame, banyak yang kehausan,” ujarnya sambil tertawa. Saat ini bir kotjok keluarganya dijual oleh Eman dan sang adik. Jika kamu ingin mencoba minuman tradisional tersebut, maka kamu bisa dtang mengunjungi Jalan Suryakencana tepatnya berada di Gang Aut sebelah kiri jika ke arah puncak. Atau juga bisa berkunjung ke Jalan Roda Kelurahan Babakan Pasar. Eman dan adiknya berjualan mulai pukul 09.00, dan pulang sekitar pukul 17.00 WIB atau lebih awal karena habis terlebih dahulu. Untuk setiap gelasnya, bir kotjok ini dibanderol seharga Rp 5.000 saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.