Ingin melihat jam Big Ben di Inggris? Di Indonesia juga bisa, tidak perlu jauh-jauh pergi ke Inggris hanya untuk melihat jam Big Ben yang terkenal itu. Kalian pergi saja ke Bukittinggi di Sumatera Barat. Kalian akan menemukan kembaran jam Big Ben, yaitu Jam Gadang. Bukan replika ya, tapi seperti saudara sekandung. Mirip.Jam Gadang cukup terkenal di Indonesia. Ia adalah ikon dari kota Bukittinggi. Jika kalian ke Sumatera Barat tapi tidak mengunjungi Jam Gadang, sia-sialah jalan-jalan kalian. Turis mancanegara saja menyukai Jam Gadang ini. Turis lokal? Jangan ditanyakan lagi. Jadi, mengapa Jam Gadang dikatakan saudara kandung jam Big Ben yang terkenal itu? Memang, jika dilihat lebih dekat lagi, Jam Gadang dan Big Ben sangat berbeda dilihat dari bentuk, desain serta tingginya. Baik Jam Gadang maupun Big Ben memiliki bentuk segi empat. Tetapi desain bangunannya berbeda. Jam Gadang memiliki gaya yang lebih modern dengan puncak menaranya yang berbentuk rumah Bagonjong. Rumah Bagonjong adalah rumah adat dari Minangkabau. Sedangkan Big Ben memiliki gaya Victoria Gothik dengan puncak menaranya yang runcing. Selain itu, tinggi Jam Gadang dan Big Ben berbeda. Big Ben memiliki tinggi 96 meter sedangkan Jam Gadang hanya 26 meter tingginya. Lalu, dimana kemiripan dari keduanya? Kemiripannya, yang membuatnya sepert saudara kandung yaitu mesin yang ada di kedua jam beda negara tersebut. Baik Jam Gadang maupun Big Ben, menggunakan mesin jam yang dibuat oleh Vortmann Relinghausen asal Jerman. Pihak Vortmann Relinghausen tersebut hanya memproduksi 2 mesin tersebut di dunia. Tentu saja, yang satu untuk Big Ben dan satu lagi untuk Jam Gadang. Seperti saudara kandung, bukan? Selain menjadi ikon kota Bukittinggi, Jam Gadang juga dijadikan sebagai titik nol untuk kota Bukittinggi. Lokasinya yang berada di pusat kota juga menjadi daya tarik tersendiri. Warga Bukittinggi sering mengunjungi Jam Gadang untuk sekedar hang out atau nongkrong. Terutama di hari libur, Jam Gadang sudah pasti ramai oleh pengunjung. Jam Gadang tampak semakin indah ketika malam hari. Lampu-lampunya menyala, menghiasi langit yang gelap. Cahaya lampu di sekitar Jam Gadang juga semakin mempercantik suasana dan membuat Jam Gadang nampak seperti berlian yang bersinar. Selain keindahan dan keunikannya, Jam Gadang ternyata juga memiliki misteri yang mengikutinya. Jika kalian mengamati lebih detail lagi, kalian akan menemukan sesuatu yang ganjil di angka yang ada pada Jam Gadang. Kalian akan menemukan bahwa angka 4 angka pada jam menggunakan romawi, dimana pada angka 4-nya, romawinya berbeda. Seharusnya angka romawi dari 4 adalah IV, tetapi pada Jam Gadang tertulis IIII atau angka romawi dari 1 yang berjejer empat. Bagi turis lokal maupun mancanegara, tentu hal tersebut cukup membuat heran. Apakah itu salah tulis? Hal itu mungkin saja, mengingat mesin jam ini yang didatangkan langsung dari Eropa yakni Rotterdam. Tetapi, nyatanya tidak seperti itu. Masyarakat maupun pemandu wisata akhirnya memberitahukan misteri angka 4 romawi tersebut. Ternyata, angka romawi dari 4 memang sengaja ditulis seperti angka romawi 1 berjajar empat. Alasannya, hal itu dilakukan untuk mengenang 4 pekerja yang tewas terjatuh dari menara saat melakukan pembangunan. Cerita ini lah yang dipercayai dan beredar di masyarakat di Bukittinggi. Selain itu, ada cerita lain yang berbeda mengenai angka romawi 4 tersebut. Angka romawi dari 4 yaitu IV bisa diartikan sebagai “I Victory” yang berarti aku menang. Bisa dimaklumi, mengingat bahwa Jam ini didatagkan dari Belanda sebagai hadiah bagi sekretaris dari Bukittinggi di masanya. Belanda tidak ingin masyarakat di Bukittinggi mengganggap IV sebagai ungkapan “aku menang” karena dapat memicu perang, sehingga ditulislah angka 4 menjadi IIII. Tapi apapun cerita yang beredar, Jam Gadang tetaplah menjadi ikon kota Bukittinggi yang membanggakan. Jangan selalu berwisata keluar negeri. Sering-seringlah berwisata di negeri sendiri, agar kalian bisa lebih mengenal dan mencintai tanah kelahiranmu.
- Home
- Jam Gadang Bukittinggi, Big Ben Ala Indonesia